Jalan Beriringan Perempuan dan Laki-laki, Arah Baru untuk Lembeh

31 Januari, 2025

Di pesisir Pulau Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara, perempuan-perempuan pesisir menghadapi tantangan ekonomi yang besar. Pendapatan keluarga yang bergantung pada hasil tangkapan suami yang tidak stabil sering kali membuat kebutuhan harian sulit dipenuhi. Uang jajan untuk anak-anak sekolah kerap kali terabaikan, sementara para ibu rumah tangga harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Harapan mulai tumbuh melalui program “Peningkatan Kawasan Konservasi Laut dan Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan di Sulawesi Utara” yang dijalankan oleh Manengkel Solidaritas selaku mitra Program Kemitraan Wallacea II. Potensi besar perempuan pesisir direalisasikan melalui berbagai pelatihan dan hubungan dengan berbagai pihak. Para perempuan ini diajarkan cara mengolah hasil tangkapan ikan tuna menjadi produk-produk bernilai ekonomis, seperti abon dan sambal yang dihubungkan dengan pihak perusahaan seperti Pertamina. Dukungan Pertamina berupa peralatan pengolah produk perikanan semakin membakar semangat mereka.

Keterlibatan aktif perempuan pesisir dalam proyek ini menjadi kunci sukses bagi peningkatan ekonomi keluarga mereka. Produk olahan tersebut dipasarkan secara kolektif, baik di Galeri Kota Bitung, Festival Selat Lembeh, hingga di platform media sosial seperti Facebook dan TikTok. Dari hasil penjualan produk ini, para ibu rumah tangga di Pulau Lembeh kini mampu memberikan uang jajan kepada anak-anak mereka setiap hari, memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan menabung untuk masa depan.

Dalam sekali produksi, mereka bisa mengolah hingga 20 kilogram ikan tuna segar, dengan produk yang dapat bertahan hingga enam bulan. Setiap bulan, mereka memasarkan maksimal 80 bungkus produk di Galeri Kota Bitung. Cara ini dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian laut.

Ikan tuna hasil tangkapan nelayan Pulau Lembeh (Foto: Manengkel Solidaritas)

Di sisi lain, Asosiasi Perikanan Pole and Line dan Handline Indonesia (AP2HI) memberikan perhatian khusus kepada nelayan tuna skala kecil di Pulau Lembeh. Para nelayan ini sebelumnya menghadapi masalah besar, yaitu sulit mengakses pasar dan kurangnya pengetahuan mengenai cara penanganan ikan tuna agar kualitas tetap terjaga.

Untuk mengatasi masalah ini, AP2HI mempertemukan nelayan dengan sejumlah perusahaan pembeli ikan tuna. Kolaborasi ini memudahkan nelayan untuk menjual hasil tangkapan mereka ke pasar yang lebih luas dan menguntungkan. AP2HI juga mengedukasi nelayan tentang teknik penangkapan ikan tuna yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya laut secara bijaksana, serta penggunaan alat perekam titik koordinat.

Dengan adanya pelatihan Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB), nelayan kini memiliki Sertifikat Kecakapan Penanganan Ikan (SKPI), yang menjamin kualitas hasil tangkapan mereka. Mereka juga diajarkan menjaga suhu penyimpanan ikan di bawah -5 derajat celsius sehingga ikan tetap segar saat dijual. Langkah-langkah ini tidak hanya meningkatkan mutu ikan, tetapi juga mendongkrak harga jualnya. Program-program yang dijalankan di Pulau Lembeh ini memberikan dampak signifikan, tidak hanya pada peningkatan pendapatan nelayan dan perempuan pesisir, tetapi juga pada kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan laut. Dengan kerjasama yang baik antara berbagai pihak, termasuk perusahaan-perusahaan pembeli ikan, masa depan yang lebih cerah bagi keluarga nelayan di Pulau Lembeh kini tampak di depan mata.