
Petani kakao di Desa Makarti Jaya, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (Foto: Burung Indonesia/Muhammad Meisa)
Lebih dari 60 tahun, Indonesia dan Jepang telah membina hubungan persahabatan yang kuat. Bagi Indonesia, Jepang sudah menjadi mitra tangguh yang bekerja bersama dalam banyak bidang, mulai dari pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hingga konservasi keanekaragaman hayati. Jepang mempunyai visi membantu negara-negara berkembang untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dan sosial. Salah satu bentuk misinya diwujudkan melalui dukungan dari Pembangunan Pemerintah (Official Development Assistance/ODA) Jepang di Indonesia. Salah satu dukungannya menyasar petani kakao skala kecil yang berada di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Desa-desa di Kecamatan Taluditi dan Wanggarasi di Kabupaten Pohuwato dianugerahi oleh bentang alam perbukitan hijau dan ladang-ladang subur. Para petani kecil di sana berjuang setiap hari untuk menghidupi keluarga mereka dengan cara menanam kakao, tanaman yang diharapkan dapat membawa kemakmuran. Sayangnya, tanpa pengetahuan yang tepat, teknik pertanian baik, dan fasilitas yang memadai, mimpi besar mereka kerap kali menjadi angan.
Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (BirdLife Indonesia Association) atau Burung Indonesia dipercaya oleh Pemerintah Jepang melalui BirdLife International Tokyo untuk mengimplemantasikan dan membantu menerapkan program pertanian kakao yang berkelanjutan. Program ini bertujuan untuk menjadikan petani lebih terampil, memperbarui cara penanganan tanaman kakao, dan memperkuat masyarakat setempat dalam pengusahaan komoditas secara ekonomi.
Program ini mulai berlangsung pada Maret 2024-Februari 2025. Dalam program ini, partisipan yang terlibat sebanyak 371 petani yang terdiri dari 338 laki-laki dan 33 perempuan. Sebelum mulai pembibitan, 22 perwakilan petani diberangkatkan ke Pusat Pelatihan Kakao di PT Mars, Luwuk, Sulawesi Selatan untuk mengikut pelatihan penanganan kakao yang efektif dan berkelanjutan. Kemudian, mereka membagikan ilmu yang didapat dari pelatihan melalui sekolah lapang yang terdiri dari 10 sesi.

Bibit kakao di fasilitas persemaian Desa Tuweya (Foto: Burung Indonesia/Muhammad Meisa)
Materi yang diajarkan berupa praktik budi daya kakao sesuai dengan standar Good Agriculture Practices (GAP) yang meliputi ekosistem dasar dan evaluasi kebun kakao, teknik pemanenan dan sanitasi, teknik pemangkasan dan tanaman pelindung, pemupukan dan pembuatan pupuk organik, pembibitan, teknik sambung pucuk dan sambung samping, pengendalian hama dan penyakit tanaman kakao, teknik fermentasi, dan penanganan pasca panen.
Untuk tahap I, total ada 55.000 bibit kakao bersertifikat dari ICCRI yang ditanam di 11 desa, sementara tahap II ada 22.000. Selain itu, ada juga pembagian bibit siap tanam dari Spring GALA dan difasilitasi oleh BirdLife International Tokyo sebanyak 17.000 bibit yang siap dibagikan untuk 30 orang.
Para petani juga menerima sejumlah fasilitas dan peralatan untuk mencapai budi daya kakao yang berkelanjutan. Pertama ada dukungan infrastruktur yang terdiri dari fasilitas persemaian dan rumah produksi pupuk organik di di 11 desa yang dilengkapi dengan mesin pencacah. Kemudian satu set bangunan untuk mendukung pengelolaan pasca panen, meliputi rumah fermentasi, fasilitas pengeringan, gudang, dan sekretariat pengelola di Desa Puncak Jaya. Kedua, fasilitas pengembangan persemaian yang terdiri dari dukungan peralatan pembibitan, termasuk benih, polybag, media tanam, dan pupuk.

Penandatangan berita serah terima fasilitas kakao kepada pemerintah desa (Foto: Burung Indonesia/Muhammad Meisa)
Pada 6 Maret 2024, kegiatan “Pertemuan Parapihak: Evaluasi Pengembangan Budi Daya Kakao Berkelanjutan Tahap I” dilaksanakan di Balai Desa Puncak Jaya, Kecamatan Taluditi. Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Burung Indonesia, BirdLife International Tokyo, perwakilan pemerintah Kabupaten Pohuwato, pemerintah desa, para petani kakao, serta para pihak terkait lainnya.
Salah satu rangkaian acara yang ditunggu-tunggu adalah serah terima infrastruktur pendukung pengembangan budi daya kakao berkelanjutan dari Burung Indonesia kepada perwakilan pemerintah desa. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi capaian program pengembangan kakao berkelanjutan hingga penyampaian masukan dan komitmen dari perwakilan desa serta perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Program ini tidak akan tercapai tanpa bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan, seperti pemerintah setempat dan antusias masyarakat yang tinggi untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik. Ke depan, diharapkan Pemerintah Jepang juga pemerintah setempat dapat terus menjalin kolaborasi dengan Burung Indonesia untuk membantu menciptakan masa depan yang lebih baik bagi para petani kakao sekaligus menjaga keanekaragaman hayati setempat. Dengan semangat dan kerja keras, program ini bukan hanya perihal mengatasi kemiskinan, melainkan pemberdayaan masyarakat, melestarikan lingkungan, dan membangun dunia yang lebih baik yang dimulai dengan satu biji kakao pada satu waktu.