Menilik Sarang Burung, Beragam Jenis dan Kerumitannya

05 Februari, 2025

Bicara soal burung, tak bisa dilepaskan dengan sarang. Sama seperti manusia, burung mempunyai rumah, tempat perlindungan yang sangat vital. Mulai dari saat induk bertelur hingga membesarkan anak mereka.

Umumnya, setiap jenis burung memiliki bentuk dan lokasi sarang yang berbeda. Sebagian burung ada yang bersarang di pohon dan bersarang di teras tebing. Sisanya, ada yang bersarang di atas tanah, liang di bawah tanah, lubang di pohon kayu, bahkan di bangunan gedung.

Walaupun berbeda tempat, hampir semua sarang mempunyai bagian-bagian penting yang sama, yaitu pengait, lapisan dekoratif luar, lapisan struktural, dan jejaring. Biasanya, sarang terbuat dari bahan organik seperti daun, ranting, rumput, atau jerami.

Layaknya pasangan muda yang baru menikah dan ingin mempunyai rumah, pasangan burung juga harus memutuskan lokasi yang tepat untuk membangun sarang mereka. Beberapa jenis burung seperti camar menentukan lokasi sarang bersama. Namun, ada jenis-jenis tertentu yang pemilihan sarangnya hanya dilakukan oleh si betina, contohnya burung jenis kaki-rumbai kecil (Phalaropus lobatus).

Saat lokasi sarang sudah ditentukan dan selesai dibangun, si betina akan meninggalkan sang jantan untuk mengerami telurnya. Sebaliknya, ada penentu lokasi sarang dilakukan oleh sang jantan, seperti burung-gereja rumah (Passer domesticus) dan Eurasian Wren (Troglodytes troglodytes).

Setelah memilih lokasi, pasangan burung mengumpulkan material dan mulai membangun sarang. Cara yang paling sederhana adalah dengan melemparkan material ke samping sarang yang akan dibangun. Ada pula yang hati-hati menempatkan material sarang yang konstruksinya lebih baik,

Pembuatan sarang paling rumit dilakukan oleh jenis burung cinenen, perenjak, dan burung-madu. Mereka memerlukan material khusus seperti benang laba-laba dan bulu burung untuk merangkai atau menjahit sarangnya. Cara rumit seperti ini memerlukan keterampilan tingkat tinggi untuk bisa merajut bahan satu demi satu sampai membentuk sarang.

Sarang burung memiliki beragam model walaupun bentuk dasarnya mangkuk, kubah, kubah tabung, atau pelat. Sarang yang dibuat di permukaan tanah biasanya berbentuk ranjang, garukan, maupun gundukan tanah, sedangkan sarang yang dibangun di bawah tanah biasanya berbentuk liang atau lubang.

Sarang mangkuk

Sarang ini adalah sarang paling umum dan banyak diartikan sebagai tipikal sarang burung. Bentuk ini dapat dibedakan karena memiliki bagian dalam dan bagian luar. Kendati membangunnya lebih sulit, sarang mangkuk memberi perlindungan maksimal bagi telur serta burung muda. Sarang mangkuk dapat dibangun di berbagai tempat, tapi biasanya di pohon. Posisi paling sederhana adalah dengan menjepitkannya pada cabang pohon. Ada juga yang menambatkan dan mengikatnya pada batang pohon.

Tipe sarang berbentuk mangkok (Foto: Burung Indonesia)

Sarang tertutup

Sarang jenis ini pada dasarnya merupakan sarang mangkuk yang diperluas. Sarang tertutup memiliki dinding lebih dalam dengan dilengkapi atap serta lubang pintu masuk. Meskipun belum ada teori ilmiah yang membuktikannya, sarang kubah atau sarang tertutup tampak memberikan perlindungan lebih bagi telur maupun anakan dibandingkan sarang mangkuk.

Sarang gantung

Sarang gantung khususnya sarang anyaman adalah rumah burung yang memiliki arsitektur paling mengagumkan. Sarang yang dibuat oleh ratusan jenis burung ini sangat indah dan butuh kemahiran untuk membangunnya.

Sarang-sarang ini biasanya menggantung pada ujung cabang, daun, atau di antara dua ranting pohon. Ada yang berbentuk bulat dengan satu lubang masuk, lonjong, dan seperti tabung reaksi.

Apapun bentuknya, hampir semua burung menganyamnya dari rerumputan. Cara menganyamnya dengan bergerak dari satu sisi ke sisi lain, menusukkan helai rumput melalui celah dinding sarang, lalu menariknya hingga tembus dari sisi lain.

Contoh burung yang menjahit sarang seperti ini adalah burung-burung yang dikelompokkan dalam suku Zosteropidae, seperti kacamata gunung (Zosterops japonicus), cinenen gunung (Phyllergates cucullatus) dan perenjak jawa (Prinia familiaris).

Sarang burung prenjak jawa (Foto: Burung Indonesia)

Lubang sarang
Bersarang dalam lubang adalah salah satu strategi yang lebih baik daripada bersarang di tempat terbuka. Cara ini biasa dilakukan burung yang habitatnya berbahaya atau punya musuh.

Hasil survei menunjukkan, tingkat keberhasilan telur burung yang disimpan di sarang terbuka hanya 50 persen, sedangkan yang disimpan di sarang dalam lubang mencapai 70 persen.

Burung yang umum dikenal dan bersarang di lubang pada dinding tebing adalah raja-udang erasia (Alcedo atthis) dan cekakak jawa (Halcyon cyanoventris). Burung-burung itu bersarang pada lubang di dinding tebing maupun tanah di tepi sungai. Ada yang menggali sendiri sarangnya, ada juga yang menggunakan sarang burung lain.

Banyak jenis burung yang bersarang di lubang pohon, kaktus, bahkan sarang rayap. Namun, jarang sekali ada burung yang mau membuat lubang sarang sendiri di pohon, seperti pelatuk yang perkasa. Kebanyakan burung lebih memilih bersarang pada lubang yang sudah ada di pohon, contohnya gelatik-batu kelabu (Parus major) dan kerak-kerbau jawa (Acridotheres javanicus). Burung lainnya menggunakan lubang pohon dan membuat modifikasi untuk dijadikan sarang, seperti yang dilakukan berbagai jenis paruh bengkok seperti kakatua.

Sepasang kakatua sumba di sarangnya (Foto: Anna Reuleaux)

Di antara para pembuat lubang, jenis burung rangkong yang menjadi juaranya. Sebab, hampir semua jenis burung bongsor ini membuat sarang dalam rongga pohon. Hal ini bukan perkara mudah bagi burung sebesar rangkong yang panjangnya bisa mencapai lebih dari satu meter dari ujung paruh hingga ujung ekor.

Misal, rangkong papan (Buceros bicornis). Karena tubuhnya yang bongsor, burung ini hanya membuat sarang dengan diameter satu hingga dua meter pada ketinggian 20-45 meter. Di habitat aslinya seperti di Sumatera, pohon sebesar itu sudah sangat langka sehingga perkembangbiakan jenis ini pun menjadi terhambat.

Inkubator
Sarang paling aneh adalah sarang burung-burung gosong dan maleo. Maleo senkawor (Macrocephalon maleo) merupakan anggota suku Megapodiidae (megapodes = kaki besar) yang kebiasaan bersarangnya paling rumit. Saat masa berbiak tiba, kelompok pasangan maleo senkawor meninggalkan hutan tempat mereka mencari makan sepanjang tahun guna mencari area berpasir untuk bertelur. Biasanya, dekat dengan sumber air panas atau sumber panas Bumi.

Proses itu dimulai berbulan-bulan sebelum musim berbiak tiba. Maleo jantan menyiapkan gunungan tempat bertelur dengan mencakar-cakar tanah untuk membuat lubang sedalam setengah meter. Selanjutnya, lubang ditimbun dengan dedaunan. Hasilnya akan berupa onggokan pasir berdiameter lima meter dengan tinggi satu meter.

https://www.youtube.com/watch?v=ikLw_FDAkCU&t=1s

Pada gunungan pasir inilah sang betina menggali lubang untuk menempatkan telur mereka. Kemudian telur-telur tersebut ditimbun kembali dengan pasir dan ditinggalkan begitu saja hingga menetas sendiri. Sarang seperti ini berfungsi layaknya mesin inkubator alami.

Gosong tanimbar (Megapodius tenimberensis) membuat inkubatornya di dekat pantai dan hutan bakau, berupa gundukan berbentuk kerucut yang tersusun dari tanah basah maupun pasir putih bercampur daun-daun busuk dan basah. Tinggi gundukan tersebut bisa mencapai tiga meter dengan diameter lima meter.

Lumpur
Tak hanya bersarang dalam lubang dan mangkuk ranting, burung juga bisa bersarang dalam lumpur, seperti Flamingo. Greater Flamingo (Phoenicopterus roseus) biasa membangun sarang dari timbunan lumpur dan kotoran di tengah danau soda di Afrika. Strukturnya biasa berupa gunungan cekung dengan bagian yang dangkal di tengah.